NU; Ahli Bid’ah

NU; Ahli Bid’ah

Berbicara mengenai orang-orang NU memang mengasyikan. psalnya, tingkahlakunya kadang-kadang dipandang aneh sebagian orang. NU hadir sebagai reaksi atas gerakan puritanisme Wahabi yang gemar menuding pihak lain (termasuk NU) sebagai ahli bid’ah dan tersesat. tak henti-hentinya kaum wahabi ini mempersoalkan tradisi, khususnya tradisi NU, dan menganggapnya sebagai yang harus diberantas; memberantas dari muka bumi ini adalah jihad suci, kalau perlu dilakukan dengan prinsip fasist yang cenderung menghalalkan segala cara.

Mungkin saja karena mereka (orang-orang yang menganggap aneh itu) belum banyak mengenal ritual itu dalam lingkungannya, atau memang sudah mengenal , tetapi lantaran begitu fanatiknyaorang-orang NU melakukannya, mereka menjadi takjub. Misalnya tentang ziarah kubur, orang Indonesia sudah biasa ziarah kemakam ayah, ibu atau keluarganya. Mungkin karena orang-orang NU dalam hal ini terlalu bersemangat, saking semangatnya mereka urunan untuk mengadakan rombongan pergi ziarah ke makam wali songo. setiap ada rombongan orang masuk makam, bisa dipastikan itu orang NU.

orang-orang NU yang suka ziarah bisa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, yang biasa-biasa saja memahami bahwa ziarah itu boleh dilakukan setiap saat. Kelompok kedua, orang-orang NU yang suka ziarah, terutama ke,makam para wali. kelompok ketiga, orang-orang Nu yang sangat suka berziarah kemakam, mereka berani bermalam-malam, berhari-hari, bahkan berminggu-minggu.  lebih dari itu, mereka mengkeramatkan semau yang mereka lihat, mulai dari nisan, kelambu, kerikil, bebatuan disekitarnya, dedaunan, air dan lain-lain.

Orang yang tidak bisa melihat kelompok ketiga ini tentu saja berkomentar “kufur”, “musyrik”, dan seterusnya.  Pertanyaannya : apakah semudah itu kita menuduh orang kufur atau musyrik hanya melihat kelakuan orang seperti itu dari kulit luarnya? Memang ada kaidah fiqh : Nahnu nahkumu bi az-zhawahir  (kita menghukumi dari lahirnya) ; mana bisa kita melihat dalamnya? Tidakkah luar menunjukan isinya? akan tetapi, tidak perlukah kita bertanya, kenapa kau melakukan itu? Ada apa dengan hatimu? Adakah hanya sebatas kau punya kerinduan kepada orang yang kau cintai?. Mungkin kita bisa menganalogikan dengan sikap dan perilaku seorang yang sedang jatuh cinta; sangat mungkin sekali ia akan menyimpan foto kekasihnya, pakaiannya bahkan kata-kata romantisnya. Apa yang disukai oleh kekasihnya akan disukai oleh nya pula. Demikian sebaliknya.

Jika ada pertanyaan kepada orang-orang NU yang suka ziarah sambil melakukan apa yang sebagian orang dianggap aneh, kok bisa begitu? tentu jawabannya; “karena aku cinta!” Adakah kau berdoa kepadanya? Tentu jawabannya: Tidak, aku berdoa kepada Alloh, aku hanya “tawasul” padanya. Dan berbicara tentang tawasul tentu panjang, dan itu yang disuka orang-orang NU, meski orang lain mengharamkannya.

Munculnya Gus Dur di Republik ini sejak tahun delapan puluhan dengan mengusung wacana baru tentang NU dan orang-orang NU. NU yang dulu dimarginalkan akhirnya menjadi organisasi yang diterima dan layak diperhitungkan. orang –orang NU yang dulunya dianggap tradisional, sekarang orang tercengan dengan pemikirannya. Sekarang mereka tahu bahwa amal orang-oraang NU dapat dipahami, bisa diterima akal sehat, dan ini semua tidak tanpa dasar dan alasan.; tentu saja karena acuannya Al-Qur’an dan hadits. Hanya saja di sana-sini ada yang kelihatan berlebihan, harap maklum saja, sebab NU sudah nenjadi milik sebagian besar bangsa. Makin besar kelompok, orang makin banyak ide dan gagasan yang muncul ke permukaan yang bisa jadi berbentuk sikap dan tingkah laku yang nyleneh-nyleneh, dan itu tandanya kreatif. Singkat kata NU itu positif!

Tweet